Tuesday, February 5, 2008

Menanti Efek Domino Penurunan Tarif Telepon

Pagi tadi saya ada cek detik.com ketulan ada satu artikel yg menarik buat saya.. berikut liputannya :

Jakarta
- Regulator baru saja menerbitkan draft formulasi tarif interkoneksi yang harus sudah diimplementasikan operator pada 1 April 2008. Dalam formula itu, komponen biaya lintas operator secara keseluruhan untuk semua jenis layanan telekomunikasi turun hingga 20%.

Dalam skema interkoneksi baru, biaya originasi dan terminasi untuk telepon tetap (fixed) serta telepon tetap nirkabel (FWA) lokal, tak mengalami perubahan alias tetap Rp 143 per menit. Sedangkan biaya interkoneksi sambungan jarak jauh (SLJJ) untuk telepon tetap lintas operator turun dari Rp 1.138 per menit menjadi Rp 1.120 per menit.

Memang, tarif interkoneksi untuk layanan telepon tetap diakui tidak turun signifikan karena dianggap sudah mentok. Bahkan, supaya tarif telepon tetap tidak jadi naik masih harus disubsidi dari biaya interkoneksi SLJJ dan seluler.

Namun, bergembiralah, karena tarif interkoneksi atau biaya lintas operator untuk layanan seluler turun drastis hingga 40%. Penurunan tersebut dinilai pantas karena layanan seluler dianggap masih punya ruang yang cukup untuk menurunkan harga.

Biaya interkoneksi percakapan suara lokal dari seluler ke telepon tetap turun dari sebelumnya Rp 721 per menit menjadi Rp 522 per menit. Sementara, biaya interkoneksi seluler ke seluler lokal turun menjadi Rp 522 per menit dari sebelumnya Rp 898 per menit. Sedangkan biaya interkoneksi seluler ke seluler SLJJ turun menjadi Rp 986 per menit, dari sebelumnya Rp 1.244 per menit.

Perlu diketahui, tarif interkoneksi merupakan salah satu komponen yang vital dalam penghitungan biaya sambungan jika kita menelpon lintas operator. Selain interkoneksi, pengguna juga dibebankan biaya lain untuk tarif retail semisal untuk biaya aktivitas bisnis operator dan margin keuntungan.

Pemerintah sendiri tak mau terlalu menekan penurunan karena operator dianggap masih perlu cari untung untuk modal pengembangan dan pembangunan jaringan layanan. Khususnya di area luar Jawa dan pedesaan. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang belum menikmati fasilitas telekomunikasi mengingat teledensitas masih cukup rendah dibandingkan jumlah populasi penduduk.

Meski demikian, namun setidaknya dengan rezim interkoneksi yang baru bakal ada penurunan yang lumayan bagi pelanggan seluler yang kerap ber-halo-halo dengan lawan bicara yang menggunakan layanan telepon beda operator.

Efek Domino

Telkomsel sendiri tak lama setelah pengumuman interkoneksi langsung menyatakan bakal menurunkan tarif retailnya. Demikian pula dengan Indosat. Meskipun kedua operator seluler dominan itu belum bisa menyebutkan persentase penurunan harganya.

Tapi dari niatan itu saja tentu bakal ada dampak yang hebat. Jika para pemain kelas atas mulai menurunkan harga, apalagi operator yang di bawahnya. Perang tarif dipastikan bakal tak terelakkan lagi.

Bahkan sebelum formula tarif interkoneksi yang baru diumumkan saja, para operator seluler sudah gencar berpromosi. Meskipun mayoritas baru sekadar berani menawarkan "tarif murah" untuk kalangan sesama pelanggannya sendiri.

Catat, para operator cuma berani kasih harga "murah" buat percakapan sesama pelanggannya saja. Itu pun karena tidak terkena biaya interkoneksi. Dengan penurunan interkoneksi, mudah-mudahan saja operator makin berani bertarung menawarkan "tarif murah" untuk percakapan lintas operator.

Orang nomor satu XL Hasnul Suhaimi sempat mengatakan, jika dilihat dengan kacamata kuda, penurunan tarif bisa saja menurunkan pendapatan operator. Tetapi jika operator itu cerdik, menurut dia justru malah meningkatkan pendapatan secara progresif.

Hal itu katanya telah dibuktikan XL dengan penurunan tarif ke sesama pelanggan selama lima tahun terakhir. Bahkan, meski tarif selulernya di akhir 2007 lalu diturunkan 39% dari tahun sebelumnya, operator itu masih bisa menangguk keuntungan.

Nah, dengan adanya penurunan tarif nanti, tentu bakal menimbulkan efek domino. Jika saja puncak gunung es operator seluler seperti Telkomsel dan Indosat mencair, tak bisa dibayangkan bagaimana operator lainnya yang levelnya di bawah kedua operator itu.

Belum lagi jika pengadilan meluluskan permohonan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang meminta Telkomsel menurunkan tarifnya 15% lagi. Akankah para operator habis-habisan melancarkan perang harga? Kita tunggu saja sampai 1 April 2008.


Penulis adalah wartawan teknologi komunikasi informasi di situs www.detikINET.com. Tulisan merupakan opini pribadi dan bukan cerminan sikap redaksi.
( rou / wsh )

Sumber : detiknet.com
Penulis: Achmad Rouzni Noor II - detikinet

No comments: